
PONOROGO – Lamanya masa tunggu haji reguler dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab. Modus baru penipuan berkedok ibadah haji kembali terjadi. Kali ini, sebuah pondok di Kelurahan Mlilir, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, diduga menjadi pusat praktik penipuan berkedok program Haji Dakhili.
Program ini diklaim sebagai jalur khusus ibadah haji bagi ekspatriat dan warga Arab Saudi, termasuk pelajar dan pekerja. Tiga orang panitia, masing-masing AM (warga Mlilir, Dolopo, Pimpinan Majelis Sholawat Noor Makkah), HU (Owner PO bus Abizard )
dan JS (warga Desa Pondok, Babadan, Ponorogo, Owner Toko Gorden), menawarkan program tersebut kepada masyarakat dengan iming-iming keberangkatan cepat dan legal.
Ironisnya, para panitia yang dikenal sebagai tokoh agama justru menipu sedikitnya delapan orang calon jamaah. Para korban telah menyetorkan dana sebesar Rp100 juta hingga Rp300 juta per orang sejak Maret lalu.
“Para korban baru sadar telah ditipu dua hari sebelum wukuf di Arafah, tepatnya 5 Juni 2025. Mereka tidak kunjung berangkat, bahkan visa pun belum ada,” ujar Dwi Yunanto, pendamping korban, saat ditemui wartawan (24/9).
Panitia berdalih gagal memberangkatkan jamaah karena kendala administratif dan kebijakan baru dari Pemerintah Arab Saudi, termasuk pengetatan visa mujamalah. Namun, janji pengembalian dana 100 persen jika gagal berangkat hingga kini belum ditepati.
“Satu orang korban menyetor Rp150 juta, ada juga yang Rp300 juta. Tapi sampai sekarang belum ada itikad baik dari panitia. Total ada delapan orang yang kami dampingi,” jelas Wakidi, pendamping lainnya.
Para korban berharap panitia menunjukkan tanggung jawab dan menepati janji pengembalian dana. Kasus ini menjadi pengingat agar masyarakat lebih waspada terhadap tawaran jalur haji non-reguler yang belum jelas legalitasnya. (El)