PONOROGO — Di tengah melambungnya harga telur ayam di pasaran, warga kurang mampu di Desa Gelang Kulon, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo justru menemukan berkah di balik krisis. Berkat program bantuan ayam petelur dari Pemerintah Kabupaten Ponorogo, mereka kini tak hanya bisa memenuhi kebutuhan gizi keluarga, tapi juga menambah penghasilan harian.
Program ini merupakan bagian dari strategi Pemkab Ponorogo dalam mengentaskan kemiskinan dan memperkuat ketahanan pangan keluarga. Sejak dua bulan lalu, warga penerima manfaat di desa tersebut menerima bantuan 40 hingga 50 ekor ayam petelur, lengkap dengan subsidi pakan. Ayam-ayam tersebut kini mulai rutin bertelur, bahkan sebagian warga bisa memanen hingga 30 butir per hari.
Sarmini, salah satu penerima bantuan, mengaku sangat terbantu. “Dulu saya harus beli telur, sekarang malah bisa makan dan jual. Anak-anak bisa sarapan telur setiap pagi, gizinya terjaga,” ujarnya dengan wajah sumringah. Ia merawat 45 ekor ayam dan menjual sebagian hasil panen ke Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dengan harga mengikuti pasar.
Hal serupa dirasakan Sukarman, warga lainnya. “Alhamdulillah, sekarang bisa tambah penghasilan dari jual telur. Apalagi harga telur naik, jadi lumayan buat nambah biaya sekolah anak,” katanya, Senin (13/10/2025).
Dari 45 ekor ayam yang ia pelihara, hampir semuanya bertelur setiap hari. Dengan harga telur mencapai Rp 28.500 per kilogram, hasil penjualan sudah cukup untuk membeli kebutuhan lain dan menutupi biaya pakan.
Program ini bukan sekadar bantuan ternak, tapi juga menjadi simbol kemandirian warga. Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko, yang akrab disapa Kang Giri, menjelaskan bahwa program ayam petelur adalah langkah nyata menuju ketahanan pangan rumah tangga.
“Saya mencoba membuat ternak kecil di belakang rumah, setiap kandang diisi 25 ekor ayam. Ini bisa dilakukan siapa saja. Kalau program ini berhasil, rakyat tidak lagi bergantung pada siapa pun,” tegasnya.
Menurut Kang Giri, ketahanan pangan yang hakiki adalah ketika rumah tangga mampu menyelesaikan problem pangan di rumahnya sendiri. “Gizinya terjaga, barangnya ada, bisa dikelola siapa saja, dan murah,” tambahnya.
Kini, dari kandang-kandang kecil di pekarangan rumah, warga Desa Gelang Kulon belajar untuk mandiri, berdaya, dan menjaga ketahanan pangan keluarga mereka. Program ini menjadi bukti bahwa solusi sederhana bisa membawa perubahan besar. Telur yang dulu menjadi beban pengeluaran, kini menjadi sumber harapan dan penghidupan. (adv/El)