
PONOROGO – Gelombang kritik terhadap pelayanan RSUD dr. Harjono Ponorogo tak dibiarkan menggantung tanpa jawaban. Setelah Kelompok Pemuda Peduli Ponorogo menyuarakan sejumlah sorotan terkait antrean panjang pasien, dugaan penyimpangan pengadaan alat kesehatan, hingga gaya kepemimpinan direktur, kini pihak rumah sakit angkat bicara.
Direktur RSUD dr. Harjono, dr. Yunus Mahatma, Sp.PD, menyambut kritik tersebut sebagai cambuk perbaikan. “Kami tidak alergi kritik. Sebaliknya, kami menjadikannya energi positif untuk terus berbenah,” tegasnya.
Saat pertama menjabat pada 2022, BOR (Bed Occupancy Rate) rumah sakit hanya mencapai 30 persen. Kini, dua tahun berselang, angkanya naik dua kali lipat. “Kami tidak tidur. Kami kerja keras siang dan malam. Semua lini kami perbaiki, dari pelayanan, fasilitas, hingga sistem,” imbuhnya.
Dampaknya tak hanya di tingkat keterisian, namun juga pendapatan. Dari Rp90 miliar di tahun 2022 melonjak menjadi Rp164 miliar di 2024—angka yang setara dengan setengah Pendapatan Asli Daerah (PAD) Ponorogo.
Terkait antrean pasien yang kian mengular, dr. Yunus melihatnya sebagai bukti meningkatnya kepercayaan publik. “Dulu hanya 200–300 pasien per hari. Sekarang bisa mencapai 1.000,” jelasnya.
Untuk merespons kondisi tersebut, pihak RSUD telah meluncurkan layanan antar obat ke rumah serta membangun UGD terbesar di antara rumah sakit kabupaten se-Jawa Timur, mengusung konsep one stop service.
Di sisi lain, terhadap tudingan pelanggaran etika dan kepemimpinan, ia tidak menutup diri. “Manusia tak ada yang sempurna. Tapi capaian kami bukan hasil kerja asal-asalan. BOR 60 persen dan pendapatan Rp164 miliar bukan angka sulapan,” tandasnya.
Ia menegaskan, RSUD dr. Harjono akan terus terbuka untuk kritik dan pantauan publik.
“Silakan cek langsung ke pasien-pasien kami. Kami memang tak sempurna, tapi kami serius bekerja,” pungkasnya. (El)